Senang sekali karena tidak terasa besok bakal masuk bulan
Ramadhan. Nah yang lebih seru lagi bertepatan dengan weekend. Jadi bisa
ngumpul-ngumpul bersama keluarga. Karena kami juga tipe yang sangat jarang
berkumpul bersama jadi momen weekend
ini menjadi momen yang sangat pas tentunya. Jadi apa saja yang saya lakukan di
hari sebelum puasa? Yuk ikut..
Jadi saya pulang ke Bangkinang kota tercinta. Di Bangkinang,
ada suatu kegiatan yang namanya Balimau Kasai dimana masyarakat Kampar mandi di
Sungai Kampar. Katanya sih ini adalah wujud kegembiraan menyambut bulan
Ramadhan. Tapi ada juga yang mengatakan bahwa ini melanggar syariat Agama. Hmmm..
yang jelas bagi saya ini adalah sebuah tradisidan tergantung kita meniatkannya
seperti apa. Mungkin saya tidak ikut mandi karena yang lebih banyak mandi itu
juga anak-anak hihi... Di kampung saya biasanya Balimau Kasai ini dengan membuat
sampan hias yang nanti akan berlayar hingga Batu Belah. Sampan hias ini
biasanya di bentuk macam-macam, ada yang seperti rumah adat, ada yang seperti
gajah, dan lain sebagainya. Pokoknya seru juga sih melihat kreatifitas
masyarakat dan antusiasmenya dalam Balimau Kasai menyambut bulan ramadhan ini.
Jadi ada beberapa tempat untuk kita melakukan “mengiliu” atau dalam bahasanya
menghilir atau mengikuti arus sungai. Tempat
pertama dari daerah Kuok hingga Langgini dan dari Pulau, Tepi Air hingga ke
Batu Belah. Jadwal “mengiliu” ini juga ada sedikit perbedaan tergantung jauhnya
jarak mengikuti arus tadi. Kalo saya sih rutenya dari Pulau Tepi Air ini karena
emang kampung saya di sana. Dan tahun ini saya hanya menjadi penonton saja,
biasanya saya beserta teman-teman lainnya juga ikut “mengiliiu” tapi karena sudah sadar umur ada baiknya kita mengalah
hahaha..
Setelah sampan hias di lepas berdasarkan no. urut dan tidak
ketinggalan diikuti oleh pengiring yang menggunakan ban dalam mobil truk atau
perahu karet jadilah kami mengikuti mereka lewat jalan darat menunggu hingga
sampan hiasnya finish di Batu Belah. Seperti pada umumnya kegiatan seperti ini
pasti akan menyebabkan macet, saya, ibu, ayah, dan tante berinisiatif berangkat
lebih cepat menuju ke Batu Belah dan benar saja ketika kami berangkat masih belum
terjadi macet panjang seperti yang diperkirakan. Perjalananpun lancar hingga
Batu Belah tapi ternyata masih belum cukup aman. Di Batu Belah juga terjadi
Macet panjang karena jalanan yang kecil dan menumpuknya kendaraan yang parkir
di badan jalan. Hadeuh…
Kami juga sempat terjebak karena parkir yang tidak
berprikemanusiaan. Terpaksalah kami menunggu orang-orang yang memarkir mobil di
belakang mobil kami selesai dengan ritualnya –“.
Setelah keluar dari hiruk pikuk tadi tibalah saatnya
bersiap-siap menuju mesjid untuk melakukan sholat taraweh pertama dalam bulan
ramadhan ini. Duhhh… emang suasana yang sangat dirindukan. Ketemu lagi dengna
pak RT, atau tetangga-teangga lainnya.. yaahh gak masalah menyapa asal jangan
nanya kapan nikaha aja..x)..
Di mesjid dekat rumah saya ini, saya merasa sedikit deg gitu
ketika mendengar bahwa mesjid sedang mencari orang-orang yang bisa untuk
mengiringi sholat taraweh untuk yang membaca sholawatnya. Hmm.. sedih juga yaa
karena pada akhirnya saya merasa tidak ada yang akan menggantikan bapak-bapak
ini nantinya. Bayangkan kita sebagai anak muda nanti akan menggantikan posisi
mereka sebagai pengurus mesjid, imam, muazin dan sebagainya. Apakah kita sudah
bersiap untuk hal-hal seperti itu? deg banget lahh pokoknya.. ada sedikit harapan saya untuk belajar lagi
mengenai ilmu agama untuk bisa mempersiapkan kondisi seperti ini di masa depan.. saya berharap kamu juga begitu..
Nah itulah cerita tidak penting saya sehari menjelang puasa
kemarin.. yang menjadi noted untuk diri saya adalah bahwa kita generasi muda
juga harus belajar agama dengan baik biar nanti
tidak gagap ketika di minta untuk memimpin masyarakat dan juga bisa
membuat lingkungna kita jadi lebih baik.. gimana cerita hari pertama puasamu? Jika
ada sesuatu yang menarik silahkan di share di komentar yaaa.. see yaa.. :D
No comments:
Post a Comment