"Duduk di depan saya dua perempuan muda. Sarjana Hukum lulusan UI. Wajah dan penampilan kelas menengah, yang kalau dilihat dari luar punya kesempatan untuk “cepat kaya”. Asal saja mereka mau bekerja di firma hukum papan atas yang sedang makmur, seperti impian sebagian kelas menengah yang memanjakan anak-anaknya."
begitulah petikan awal artikel yang di tulis oleh Prof. Rhenald yang membuat saya sedikit kaget *kamu bisa mengecek artikelnya disini. kenapa kaget? karena beliau mengatakan "seperti impian sebagian kelas menengah yang memanjakan anak-anak mereka". duarr! banyak rasa yang langsung berterbangan di hati saya. sangat to the point, memang benar adanya ketika beliau mengatakan kelas menengah ini. karena tipe ini sangat banyak di lingkungan saya dan mungkin saya adalah salah satunya.
artikel ini membahas bagaimana perspektif orang mengenai uang dan meaning. banyaknya persepsi anak-anak muda sekarang yang hanya mempertimbangkan uang dengan mati-matian berusaha menjadi PNS, pegawai Bank, Konsultan dan lain sebagainya hanya untuk mengejar uang dan rasa aman. padahal ada hal yang lebih baik di persiapkan, salah satunya Meaning.
seperti nasehat yang pernah di sampaikan oleh Chief Evangelist Apple yang saya kutip juga dari artikel Prof. Rhenald : Guy Kawasaki pernah mengatakan begini :
"Kejarlah meaning. Jangan kejar karier demi uang. Sebab kalau kalian kejar uang, kalian tidak dapat ‘meaning’, dan akhirnya tak dapat uang juga. Kalau kalian kejar ‘meaning’ maka kalian akan mendapatkan position, dan tentu saja uang."
meaning membuat motivasi seseorang menjadi berbeda. meaning fokus dengan pembentukan karakter dan belajar hal-hal baru dengan mengikuti kegiatan seperti volunteering dan lain sebagainya. tanpa berharap uang. memang usang sangat penting. tapi uang akan datang nantinya. kelompok yang seperti inilah yang menjadi pendiir Boedi Utomo bahkan itu juga yang di jalankan oleh Ir. Soekarno dan juga para CEO terkemuka saat mereka muda.
berbeda dengan kelompok satu lagiyang datang dengan motivasi akan segera di gaji dengan tinggi dari kemampuan mereka. dan ada juga beberapa yang harus merelakan pekerjaan karena ambisi keluarga yang menginginkan mereka untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih besar lagi.
padahal mengerjakan apa yang kita sukai akan mendatangkan kebahagiaan dan akhirnya keberhasilan. dan kelompok kedua berpatokan sebaliknya. mereka berpikir, kaya dulu, baru bahagia. seperti yang saya kutip lagi dari artikel Prof. Rhenald. kelompok yang seperti ini biasanya tumbuh subur karena lingkungannya menuntut untuk mengkonsumsi jauh lebih besar dari pendapatan.
dan di akhir, Prof. Rhenald mengatakan bahwa dia melihat temannya yang dulu memamerkan banyak kartu kredit akhirnya tidak mempunyai apa-apa. berbanding terbalik dengan yang dulu itu melakukan untuk meaning dulu dan setelah itu mereka sekarang memimpin di perusahaan-perusahaan ternama dan juga organisasi bagus.
hmmm.. keren deh pokoknya walaupun kadang kita harus memang melalui banyak pengorbanan dan kadang idealisme akan runtuh seiring dengan perut yang keroncongan tapi saya setuju banget nih dengan yang di bilang oleh Proof. Rhenald. bagaimana dengan kamu? :D
No comments:
Post a Comment