Untuk teman-teman di Riau dan di Sumatra Barat sepertinya tidak asing lagi dengan Balimau Kasai. Ini adalah salah satu tradisi yang sepertinya sudah melekat dalam budaya masyarakat Kampar. Walaupun beberapa juga mengatakan bahwa Balimau ini tidak islami tapi saya mencoba untuk tidak memihak sebelah manapun. Saya ingin mengambil sudut pandang saya sendiri sebagai masyarakat awam yang berada dalam lingkungan tersebut.
Dalam pelaksanaannya Balimau ini adalah bentuk kegembiraan menyambut bulan puasa bagi masyarakat Kampar dengan turun mandi membersihkan diri. Tapi sekarang ini kegiatannya juga termasuk Menghilir / Mengiliu dari satu titik ketitik lainya. sejauh ini saya baru mengetahui ada dua titik menghilir ini yaitu dari Kuok ke Langgini dan satunya dari desa Tepi Air ke Batu Belah. di satu sisi saya melihat bahwa sebenarnya tidak da yang salah dengan kegembiraan menyambut bulan ramadhan tapi mungkin karena banyaknya masyarakat yang ikut menghilir ini sudah bercampur-campur laki-laki dan perempuan membuat nilai islaminya hilang.
Saya sendiri juga sangat senang ketika memasuki bulan puasa ini karena kesempatan berkumpul kembali dengan keluarga dan bakal ada makan enakk pastinyaa. Biasanya keluarga saya memasak rendang dan kemarin sempat memasak sikayo di rumah. Seriously kami selalu merayakannya dengna cara-cara sederhana salah satunya ya dengan makan-makan dan saling berkunjung kembali. nah untuk balimaunya sendiri saya tidak terlalu sering mengikutinya tapi biasanya saya dan adik-adik saya datang melihat keramaian sambil bertemu lagi dengan saudara-saudara lainnya yang kebetulan juga berada di tempat diadakannya Balimau.
Dulu saya pernah ikut menyusuri sungai / menghilir bersama teman-teman saya tapi itu sudah lama sekali. Sangat seru sebenanrya, kita berada di atas ban dalam truk dan saling bercengkrama dengan mengkuti arus sungai. setelah sampai di tujuan kita mencari mobil Bak untuk mengangkut kita kembali ke mudiok *istilah untuk ke arah padang di Bangkinang.
Balimau Bakasai Atau Balimau Kasai menjadi salah satu momen untuk masyarakat bersilahturahmi kembali dengan melihat sampan hias yang akan menghilir. Di sisi islam mungkin dengan bercampurnya laki-laki dan perempuan tidak mencerminkan islam itu sendiri. Itu tergantung darimana kamu melihatnya tapi saya melihat ini sesuatu yang positifi tinggal bagaimana cara nay saja harus di sesuaikan biar tidak ada perselisihan pendapat di kemudian hari.. jangan lupa temukan cerita lainnya di http://www.azariatika.com/ yaa wei.. see yaa..
4 comments:
Mungkin kalau yg bercampur itu suami istri gak masalah. Tapi mungkin kebanyakan pasangan muda mudi, deh. Makanya kesannya gak islami, padahal maksudnya menyambut bulan suci. Seru yaa di sana, jadi pengen menyusuri kampungmu nan jauh di mato itu. Tapi berburu tiket mudik dulu di priceza.co.id baru deh mikirin travelling ke asalnya kamu
iya mbak masalahnya biasanya itu sih karena pasangan muda mudi yang bercampur padahal niatnya berbeda kan yaa hehe.. yuk main kesini mbakk..
Bang, tika hiliu nih la yang belum pernah sekalipun bang. gak pernah dibolehn soalnya. padahal kan pen coba uga, haha
Di kami ada jugak mandi belimau, tapi ndak yang ramai-ramai tepi sungai.. nenek kami ngajarkan mandi dirumah aja dengan segala macam printilan yang dimasak khusus untuk mandi belimau ni, yang jelas ada jeruk purut dan sereh yang dimasak dengan air, setelah agak dingin baru dicampur dengan macam bunga-bungaan, jadi setelah mandi langsung wangiiiiiii
Post a Comment