Lulus SMA
Aku baru pulang dari sekolah dengan
perasaan senang luar biasa karena hari ini pengumuman UN dan senang sekali aku
berhasil lulus dengan nilai cukup baik. Tapi aku menolak untuk ikut bersama
dengan teman-temanku yang merencanakan konvoi dan mencoret baju SMA nya sebagai
ungkapan kegembiraan. Aku punya cara sendiri untuk mengungkapngkannya. Kadang aku juga heran dari mana tradisi
coret-coret baju dan konvoi berasal. Memang kelakuan aneh.
Aku masih ingat masa sebelum UN,
semua siswa mendadak menjadi alim dan mushola menjadi penuh di waktu zuhur. Dan
setelah lulus mereka malahmerayakannyadengan cara yang sangat tidak terdidik
dan Jahiliyah. Orang lulus macam apa ini?
Dan secara resmi aku sudah mennyandang
tamatan SMA. yang sedang aku pikirkan
sekarang ini adalah mengenai kuliah yang sampai sekarang aku masih bingung
untuk menentukannya. Aku masih belum
tahu apa yang akan cocok untuk menunjang masa depanku nanti. Aku masih belum
tahu apa yangsebenarnya aku inginkan. Di SMA, aku masuk di jurusan IPA. bukan
karena aku memang minat dengan mata pelajaran yang ada di jurusan itu tapi
lebih karena kemampuanku dalam belajar cukup lumayan. Dan kebetulan aku juga
aktif di OSIS dan beberapa organisasi sekolah lainnya.
Sempat terbersit di pikiraku untuk
cuti dulu dalam setahun ini sambil mencari pengalaman baru atau sekedar
meyakinkan diri mengenai apa yang akan aku ambil nantinya di bangku kuliah.
Tidak masalah jika aku akhirnya akan menjadi adik tingkat teman-temanku
daripada terjebak dengan jurusan yang sebenarnya bukan yang aku inginkan.
Aku juga sempat bertanya kepada kakak
sepupuku yang sudah lebih dulu kuliah tapi sama seperti yang lainnya dia juga
seperti terjebak dengan jurusan yang sebenarnya bukan yang di inginkannya. Dan
akhirnya setelah 6 tahun berlalu dia masih belum menyelesaikan kuliahnya. Apakah
karena kuliahnya tidak cocok atau karena belum siap menghadapi tahap berikutnya
dalam hidup? Entahlah.
Aku melihat sebuah pola dimana kita
yang baru tamat SMA berlomba untuk masuk univ favorit hanya karena gengsi dan
keren-kerenan. Selain itu yang aku lihat banyak dari kita masuk kuliah karena
“kebelet kuliah”. Maksudnya “apa kata orang kalo gue gak kuliah tahun ini”
hahha.. yaelah broh..
Begitulah ketakutan yang aku lihat
selama ini. Tapi sangat banyak dari kita yang tidak menyadarinya. Kita hanya
seperti ikut-ikutan saja. Dan dari situ aku tahu kenapa Indonesia tidak bisa
maju seperti Negara lainnya.
XYZ
Skripsi
Dan akhirnya aku sampai di tahap
dimana semua orang berkeluh kesah. mendapatkan ujian paling sulit dari tuhan,
bagaimana kamu yakin bahwa ini adalah ujian dari tuhan padahal selama hidup tidak
pernah menghadapkan mukamu ke kiblat?
Dan sama seperti yang lainnya dan
komentaraku berapa tahun yang lalu yang aku sangat ingat detailnya aku juga
terjebak dengan jurusan yang menurutku bukan benar-benar pilihanku. Tapi aku
sudah masuk tahap galau selanjutnya
yaitu mengerjakan skripsi dalam waktu 3 tahun lebih sedikit saja. Yahh walaupun
salah aku juga tidak mau berlama-lama mengeluh dengan apa yang sudah terjadi.
Solusinya adalah aku harus segera keluar dari dunia perkuliahan ini secepatnya dan mengejar apa yang menurutku
memang menjadi tujuanku. Aku akan
menyelesaikan kuliah ini sebelum 4 tahun. Yah tentu saja bisa. Aku sudah
memulainya dan aku harus menyelesaikannya. Ibarat pepatah “nasi sudah menjadi
bubur” tapi menurutku jika sudah menjadi bubur jadikan bubur ini bubur yang
enak dan tetap menggugah selera.
Walaupun aku mulai untuk mencari dunia
lainnya aku tetap akan memanfaatkan ilmu yang aku dapat selama perkuliahan ini.
Dulu aku membayangkan aku akan mencari kuliah yang memang sesuai minatku tapi
ternyata tidak seperti yang di bayangkan. Mungkin saja yang kita lihat waktu
itu hanya kulit-kulitnya saja, kita baru sampai tahap mengiyakan passion tapi
tahukah kamu bahwa passion juga membutuhkan kerja keras di dalamnya. Passion
ternyata datang karena kita sudah melakukannya bertahun-tahun. Tidak percaya? Contohnya seperti dulu waktu
SMA kamu sangat suka menggambar dan teman-teman serta gurumu berharap kamu akan
mengambil jurusan Desain Komunikasi Visual atau seni rupa untuk kuliah kamu
nantinya tapi orangtua mu tidak akan setuju karena tidak ada nilai pekerja di
dalamnya. Kamu akan makan apa jika pekerjaanmu hanya seorang yang suka
menggambar.
Dan akhirnya kamu memberanikan diri
untuk mengambil jurusan Desain Komunikasi Visual. Tapi setelah kuliah berjalan
kamu baru menyadari bahwa yang di butuhkan dan yang kamu pelajari disana bukan
hanya menggambar. Menggambar hanya sebagian
pecahan yang kamu butuhkan di jurusan tersebut. Kamu harus belajar komposisi,
warna, menghitung anggaran proyek dan lain sebagainya. Akhirnya setelah setahun
kamu merasa bahwa ini bukan tujuanmu. Kamu mulai menyerah dan melihat-lihat jurusan
lainnya yang menurutmu lebih mudah tapi tidak kah kamu sadar biaya passionmu
ini cukup tinggi? Kamu sudah menghabiskan biaya yang sangat besar untuk sesuatu
yang kamu sebut passion dulunya. Jadi harus bagaimana?
Passion tetap membutuhkan kerja keras
kawan. Kamu juga harus melewati hal-hal yang tidak kamu sukai dan mengerjakannya
berkali-kali. Kamu butuh waktu untuk bersatu dengan passionmu. Kamu harus
menikahinya dan siap menerima segala kesulitan di dalam passionmu.
XYZ
Pekerjaan
Well, akhirnya aku mendapat pekerjaan
pertamaku. Butuh effort lebih dan jaringan keluarga lebih untuk bisa di terima
di salah satu perusahaan di Indonesia. Bukan menafikan di luar sana juga banyak yang lolos masuk dengan
usaha sendiri termasuk saya yang memang tidak punya keluarga yang cukup di
hormati untuk memberikan rekomendasi. aku berharap semoga kalian yang dibantu
oleh rekan bisnis orang tua atau keluarganya bisa bersyukur lebih banyak karena
kalian tidak perlu mati-matian belajar dan mengupdgrade diri agar bisa kompeten
seperti pengangguran di luar sana yang mungkin saja kemampuannya melebihimu.
Memang kalian juga tidak salah jika
terlahir dalam keluarga atau situasi menguntungkan lainnya. Aku juga tidak
menyalahkannya. Dan bukan urusanku juga sebenarnya. Maap jika menyinggung egomu
dan membuat namaku di tandai jika nanti masuk ke perusahaan yang dominan dengan
keluargamu.
Setelah lolos dari kuliah, aku
seperti tidak sabar untuk membuktikan kepada orang tuaku bahwa aku akan sukses
dalam setahun ini. Hmmm.. ternyata aku memang terlalu naïf, aku baru
mendapatkan pekerjaan pertamaku setelah libur menganggur setahun lebih.
Di awal wisuda kita mungkin merasa
dunia akan baik-baik saja. Ternyata kita salah menilai dunia. Ternyata dunia
tidak seramah yang kita pikirkan. Dulu aku berpikir bahwa aku akan mengejar
tujuanku tapi sekarang mendapatkan pekerjaan untuk mengisi perutku sepertinya
lebih masuk akal. Idealismeku tergores oleh perut yang keroncongan. Untung saja
aku mengikuti kuliah dengan lumayan baik sehingga ada ilmu-ilmu yang bersisa di
kepalaku yang bisa aku tawarkan untuk membuat bosku lebih kaya lagi. Ditambah
lagi keluargaku juga tidak cukup kaya untuk mendanai anaknya yang hanya
bermalas-malasan dirumah setelah semua biaya yagn di keluarkannya untukku.
Belum lagi biaya anak-anaknya yang lain yang sebenarnya mereka mengharapkannya
dariku.
Dulu aku berpikir aku akan mencapai
puncak perusahaan dalam 2 tahun saja. Atau membuka usaha dan sukses dalam
setahun. Memang bisa saja terjadi tapi setelah semua yang aku lewati sepertinya
butuh waktu lebih banyak. Bukan berarti kita tidak bisa menjadi pengusaha
sukses dalam setahun. Bisa saja, tapi kita baru saja masuk ke dalam hutan antah
berantah dan kamu harus belajar dulu
untuk mengenal hutan belantara ini.
Mungkin bukan aku, banyak temanku
yang lainnya yang juga berpikir seperti ini dulunya. Bisa langsung menjadi
orang sukses ketika selesai wisuda. Tapi sekarang setelah semuanya kamu
terpaksa menyederhanakan mimpimu kawan. Percayalah, sedikit banyaknya idealism
mu akan tergores ketika cacing dalam perutmu mulai kelaparan.
XYZ
Menikah
Aku sangat menikmati pekerjaanku
sekarang. Aku sangat bersyukur bisa
membantu kedua orang tua dan juga punya sedikit tabungan untuk masa
depan. Langkah selanjutnya adalah menikah. Sampai sekarang aku masih belum
menemukan seseorang yang benar-benar pas menurutku untuk mendampingiku.. haha.
Sedikit lebay tapi memang begitulah kondisinya.
Aku selalu mengidam-idamkan sosok
yang sempurna, paras cantik, intelektual tinggi, terdidik dan tentu saja
pemahaman agama yang baik. Aku juga berusaha untuk memantaskan diri dengan
keinginan aku yang demikian tidak tahu di
untung.
Aku berusaha untuk mendekati beberapa
orang dan setelah di lakukan penyeleksian yang sangat ketat akhirnya keluarlah
beberapa nama yang nantinya di kerucutkan lagi untuk aku peristri. Aku sangat
yakin dengan pilihanku ini. Aku juga mengacuhkan beberapa orang yang aku rasa bukan kelasku. Heh.. aku sudah punya
pekerjaan yang baik dan pendidikan yang baik. Masa aku akan mendapatkan orang
dengan standar di bawahku. Aku memang terlalu pongah dengan diriku saat ini.
Tapi apa yang terjadi selanjutnya? Aku
tertampar dan di sadarkan oleh satu artikel. Yang isi nya menceritakan seorang
perempuan sosok sempurna seperti tipeku tadi, yang di jodohkan oleh orang
tuanya dengan lelaki yang biasa saja. Tapi perempuan ini terlalu sombong dengan
keilmuan dan semua kelebihan yang ada di dalam dirinya. Mungkin memang lelaki
ini biasa saja, tapi bisa jadi dia lebih takut kepada Allah daripada Istrinya.
Yupss… mungkin kita semua juga seperti cerita di atas. Kita mempertimbangkan kualitas duniawi
seseorang tanpa sadar bahwa bisa jadi seseorang itu lebih baik derajatnya di
sisi Allah. Memang benar bunyi ayat di Alquran yang mengatakan “bisa jadi yang
kamu lihat baik untuk mu belum tentu baik untumu dan yang menurutmu buruk belum
tentu buruk untukmu”.
Aku tertegun setelah membaca artikel
tersebut. Bukankah kita adalah orang-orang yang berpikir?. Memang kita akan
mencari “the right person” tapi pernahkah kita berpikir untuk menjadi “the
right person”?
source gambar : unsplash.com
hairilhabibi
Pekanbaru, 12 September 2015
1 comment:
Ndeh makkk abang niii hitz kali, leh uga~
Post a Comment