Tiba-tiba aja tangan gue gatal mau nulis setelah baca bukunya Alanda
Kariza. Mungkin dalam postingan gue kali ini banyak kata atau opini yang gue
kutip dari buku tersebut. Yukk simakk..
“is is impossible to live without failing at something, unless you live
so cautiously that you might as well not have lived at all-in wich case, you
fail by default – J.K Rowling”
Kadang kita terlalu takut gagal. Padahal gagal itu ternyata baik untuk
kita. Banyak para pesohor dunia memulai sesuatu dengan kegagalan tapi gagal
enggak bikin mereka menyerah tapi malah bikin mereka lebih kuat. Dalam dunia
entrepreneurship pun demikian. Orang yang gagal ketika membangun usaha di sebut
experience entrepreneur, mereka akan tetap di hormati oleh semua dan mungkin
saja bisa menjadi guru untuk lainnya.
Jika kita tidak berani gagal, kita tidak akan berani untuk mencoba. Jika
kita tidak berani mencoba kita tidak akan pernah keluar dari zona nyaman. tidak
keluar dari zona nyaman sama saja seperti katak dalam tempurung. Akan jadi
lebih buruk bukan?
Bisa saja ketika kita gagal, kita malah menciptakan peluang baru. Seperti
Steve Jobs, jika dulu Steve Jobs tidak di keluarkan dari Apple mungkin saja
Pixar tidak akan pernah ada. Tidak akan ada Toy Story, tidak Ada next. Begitu juga
J. K Rowling ketika menciptakan Harry Potter, dia juga dalam situasi kritis.
Gagal dalam pernikahan, tidak memiliki pekerjaan, sangat miskin dan harus
mengurus anaknya sendiri. Thomas Alva Edison yang mengalami ribuan kegagalan
ketika menemukan lampu, Soichiro Honda yang tidak di terima Toyota motor ketika
melamar menjadi teknisi. Colonel sander yang di tolak 1,009 kali ketika
menawarkan resep ayam gorengnya. Dan masih banyak contoh lainnya.
Di balik itu ada pendapat yang aneh yang bilang “have no plan B” why?
Karena dengan kita tidak memiliki plan lainnya kita akan berusaha lebih giat
untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Seperti Alanda Kariza yang katanya
enggak pernah punya plan B untuk sekolah yang ia masuki, akhirnya membuat dia
sangat giat untuk mengejar target-targetnya. Menurut gue sih ini sangat masuk
akal, dengan adanya plan B kita akan di buat lengah karena kita merasa kita
akan baik-baik saja kalo yang kita targetkan tidak kita dapatkan. Ini akan
menjadi bentuk pelemahan terhadap diri sendiri. Ini sama aja kita tetap berada
di zona aman kita. Seperti yang di bilang Alanda Kariza “having no plan B makes
us driven to fail”. Dengan tidak adanya plan B kita berarti menolak untuk gagal
dan melakukan yang terbaik. Have no plan B ini juga sering gue praktekin.
Ketika gue Skripsi ato kalo di kampus gue di sebut Tugas Akhir, gue enggak
punya pilihan lain selain menyelesaikan Tugas Akhir gue dan lulus tepat waktu
karena waktu itu gue mikir gue nggak akan sanggup kalo misalnya nunggu wisuda
tahun depan. Jadi karena chance gue harus selesai tahun itu bikin gue lebih semangat
untuk ngerjain Tugas Akhir gue. Akhirnya gue bisa lulus tepat waktu. Emang
kadang kita harus dalam posisi terdesak agar bisa melakukan sesuatu dengan
baik.
Begitu juga pas gue SMA, pertama kali masuk tim basket gue gagal untuk
masuk tim inti. Tapi gue terus berusaha karena pada dasarnya gue cinta sama
basket. Dan gue juga enggak menduga kalo akhirnya gue bisa jadi ketua Unit
Kegiatan Mahasiswa untuk basket di kampus gue, jadi ketua pelaksana acara
basket dan sedikit merevolusi pertandingan basket di kampus, jadi kapten untuk
tim jurusan, dan sekarang gue malah sering ngeliatin sambil ngajarin junior gue
main.. alhamdulilah, emang tuhan enggak sia-sia. Karena dia adalah perencana
terbaik. Mungkin kalo waktu gue di tolak untuk masuk tim inti dan gue berenti
main basket gue gak bakal jadi seperti sekarang. :)..
Gimana? paham ato malah jadi bingung karena ada pendapat yang berbeda?
Hahha.. kalo menurut gue sih kedua pendapat di atas di atur aja biar
berdampingan. Gagal itu pasti ngasih pelajaran buat kita, tapi jika kita masih
bisa berusaha untuk tidak gagal ya kenapa enggak. See yaa.. :D
No comments:
Post a Comment